A. Pendahuluan
Pada era informasi saat ini, sarana bacaan kian berkembang pesat. Kemampuan dan kebiaasaan membaca menjadi hal yang tidak bisa dianggap biasa lagi karena ribuan bahkan jutaan informasi tersaji dalam setiap detik dalam berbagai media. Hal tersbut menjadikan para guru teringat akan tingkat kemampuan siswanya dalam membaca.
Siswa mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Tarigan (2008) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan atau dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kesenangan. Siswa kemungkinan menemukan kegembiraan saat membaca apabila arahan atau motivasi orangtua dan guru dapat mereka terima. Biasanya orangtua atau guru merangsang anak-anak untuk membaca dengan menggunakan cerita. Cerita seolah membuat anak membaca dengan santai, sesuai dengan kebutuhan atau pun hanya sekedar kesenangan atau penambah pengetahuan.
Kembali ke era yang penuh dengan informasi yang terus berkembang, membaca tidak lagi hanya sekedar sebagai kesenangan, tetapi memang harus dilatih untuk menjadi sebagai kebutuhan. Artinya, setiap orang wajib mengejar semua informasi. Ia harus memiliki keterampilan mengumpulkan data dengan cepat sekaligus benar. Untuk mencapai hal tersebut, kemampuan efektif membaca menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Dengan memahami kemampuan efektif membaca, kita dapat melihat diri sendiri termasuk kategori pembaca yang bagaimana sehingga dapat terus membekali diri dalam pencapaian target seandainya yang terlihat tidak sesuai dengan harapan.
Ada banyak metode sebenarnya dalam melatih kemampuan membaca diantaranya seperti Speed reading. Soedarso (2004) mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak.
Dewasa ini, upaya peningkatan kemampuan membaca anak seolah menjadi tanggung jawab guru. Padahal, semua itu tidak semata-mata tanggung jawab guru. Seorang guru hanya dapat berupaya membina minat baca dan meningkatkan kemampuan membaca anak didiknya. Persoalan siswa mampu mencapai kemampuan efektif membaca sesuai harapan, itu menjadi tanggung jawab bersama, yaitu guru, orangtua, dan siswa itu sendiri. Untuk itu, penanaman akan pentingnya kepemilikan KEM yang memadai harus disadarkan pada anak didik. Memiliki KEM yang tinggi di abad informasi akan menempatkan kita pada posisi kehidupan yang layak. Dengan adanya rasa tanggung jawab bersama dan kesadaran diri, kita berharap dapat mewujudkan masyarakat yang gemar membaca (literat).
B. TEORI
1. Kegiatan Membaca (Memaknai Kemampuan Membaca)
a. Membaca Cepat dan Efektif
Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan membaca seseorang akan menentukan kecepatan membacanya. Oleh karena hubungan membaca dengan tujuan yang dikehendaki dari kegiatan membacanya itulah muncul istilah fleksibelitas kecepatan membaca. Fleksibelitas di sini adalah kelenturan tempo baca pada saat membaca sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan membacanya tersebut. Pembaca akan berusaha menemukan ide-ide utama atau gagasan-gagasan penting saja dan menghiraukan hal-hal kecil atau rincian-rincian khusus dalam bacaannya tersebut.
Nurhadi (2005) mengungkapkan bahwa kecepatan membaca mengandung berbagai implikasi seperti tujuan membaca, kebiasaan, penalaran, dan bahan bacaan. Seorang pembaca cepat tidak berarti menerapkan kecepatan membaca yang sama pada setiap keadaan, suasana, dan jenis bacaan yang dihadapinya. Hal yang perlu dipahami lebih lanjut adalah bahwa membaca cepat artinya membaca yang mengutamakan kecepatan tanpa mengabaikan pemahaman (keefektivannya). Biasanya, kecepatan membaca itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Artinya, seorang pembaca yang baik, tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan diberbagai cuaca dan keadaan membaca.
Penerapan kemampuan membaca disesuaikan dengan tujuan membacanya, aspek bacaan yang digali (keperluan), dan berat ringannya bahan bacaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca cepat dan efektif merupakan kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak meninggalkan atau mengesampingkan pemahaman terhadap aspek bacaannya.
b. Pemahaman Membaca
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, selain kecepatan membaca, pemahaman membaca mempunyai arti penting dalam kegiatan membaca. Apalah artinya membaca bila tidak disertai dengan pemahaman terhadap bacaan tersebut. Pada tingkatan membaca lanjut, umumnya orang selalu berupaya untuk dapat memahami sesuatu yang dibacanya. Sekalipun kadang-kadang ia harus mengabaikan kecepatan membacanya. Bahkan tidak jarang ada orang yang membaca sebuah wacana lebih dari satu kali demi memperoleh pemahaman terhadap sebuah wacana, walaupun wacana tersebut bukan wacana yang tergolong sulit. Minimnya tingkat pemahaman ini juga menjadi salah satu masalah utama dalam membaca dan pengajarannya di sekolah maupun di perguruan tinggi.
Minimnya tingkat pemahaman ini menjadi hambatan dalam membaca, karena ada kecenderungan anggapan bahwa semakin lambat cara membaca seseorang, makin tinggi pula pemahamannya. Padahal, pada kasus latihan membaca cepat, justru peningkatan kecepatan membaca akan diikuti dengan peningkatan pemahaman terhadap bacaan tersebut. Dalam kaitannya dengan tingkat pemahaman ini, faktor intelejensi (IQ) mempunyai peranan penting, mengingat membaca itu merupakan sesuatu proses berpikir yang menuntut kemampuan intelektual yang tinggi.
Kita semua sepakat bahwa membaca pada hakikatnya adalah proses berpikir. Edward L. Thorndike (Yunus, 2010) berkata bahwa reading as thinking and reading as reasoning. Artinya bahwa ketika seseorang sedang membaca pada hakikatnya ia sedang berpikir dan bernalar. Dalam proses membaca jelaslah terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Oleh karena itu, dalam proses membaca yang sesungguhnya, pembaca benar-benar dituntut memusatkan perhatian atau berkonsentrasi penuh terhadap bacaan agar dapat memahami isi wacana secara keseluruhan, sehingga pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang terkandung dalam bacaan. Selain itu, pembaca harus pula mampu memberi tanggapan terhadap apa yang dibaca.
2. Kemampuan Efektif Membaca (KEM)
a. Definisi Kemampuan Efektif Membaca (KEM)
Kemampuan membaca yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam suatu bacaan. Dalam proses membaca terdapat dua komponen utama yang bekerja secara dominan, yakni (a) kerja mata untuk melihat lambang-lambang grafis, dan (b) kerja otak untuk memahami dan memaknai lambang-lambang grafis tadi menjadi sebuah informasi yang utuh dan lengkap. Kemampuan fisik berupa kemampuan mata melihat lambang, selanjutnya disebut kemampuan visual, sedangkan kemampuan psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar, selanjutnya disebut kemampuan kognisi (Mulyati, 2003).
Beberapa pakar pendidikan dan pengajaran membaca menyamakan istilah KEM dengan speed reading (membaca cepat). Kemampuan membaca cepat atau kecepatan membaca itu ditunjukkan oleh kemampuan membaca sejumlah kata yang dibaca dalam satuan menit (kata per menit), yakni rata-rata tempo baca untuk sejumlah kata tertentu dalam waktu tempuh baca tertentu. Penggunaan istilah KEM di kalangan para ahli bahasa memiliki istilah berbeda-beda. Harjasujana ( dalam Yunus, 2010) menyebutkan KEM sebagai Kecepatan Efektif Membaca, sedangkan Tampubolon (2008) menyebutnya sebagai Kemampuan Efektif Membaca. Walaupun keduanya mendefinisikan KEM dengan istilah yang berbeda, tetapi maksud yang disampaikan memiliki kesamaan.
Kecepatan Efektif Membaca (KEM) menurut Harjasujana adalah kecepatan yang dicapai oleh pembaca berdasarkan rumus banyaknya jumlah kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan, diperbanyak dengan persentase skor yang diperoleh. Selanjutnya, Tampubolon (2008) menyebutkan bahwa Kemampuan Efektif Membaca (KEM) adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Jadi, ada dua aspek yang dinilai dalam KEM ini, yakni kecepatan dan pemahaman isi.
KEM merupakan perpaduan dari kemampuan motorik (gerak mata) atau kemampuan visual dengan kognitif seseorang dalam membaca (Harjasujana & Mulyati, 1987). Dengan kata lain, KEM merupakan perpaduan dari rata-rata kecepatan membaca dengan ketepatan memahami isi bacaan. Dengan demikian, KEM adalah kemampuan membaca secara cepat dan tepat dengan tanpa mengabaikan pemahaman terhadap isi secara menyeluruh.
Sejalan dengan Harjasujana & Mulyati, Nurhadi (2005) menyatakan bahwa membaca efektif artinya pendekatan kecepatan membaca harus diikuti pula oleh pendekatan pemahaman terhadap bacaan. Biasanya kecepatan dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Efektif artinya, peningkatan kecepatan membaca itu harus diikuti pula oleh peningkatan pemahaman terhadap bacaan. Pembaca yang efektif dan kritis tahu tentang apa yang perlu digalinya dari bahan bacaan secara tepat, mengabaikan unsur-unsur yang kurang penting, serta membuang hal-hal yang tidak diperlukan.
Seorang pembaca yang ideal bukanlah orang yang mampu membaca secara cepat dengan pemahaman yang rendah, bukan pula yang mampu memiliki pemahaman yang tinggi dengan kecepatan membaca yang rendah. Pembaca yang mampu membaca cepat dengan pemahaman rendah adalah pembaca yang sia-sia sebab apapun yang ia baca tidak bisa ia pahami. Bukankah membaca tanpa pemahaman adalah hal yang sia-sia. Ia memang mampu memahami bacaan, namun berapa lama waktu yang is perlukan untuk membaca. Terkadang ia harus membaca berulang-ulang. Dengan demikian ia telah kehilangan banyak waktu yang seharusnya dapat ia gunakan untuk membaca bacaan yang lain.
Seseorang yang dapat memahami suatu bacaan atau wacana, akan menemukan wujud skemata yang memberikan usulan yang memadai tentang suatu bacaan. Proses pemahaman suatu bacaan adalah menemukan konfigurasi skemata yang menawarkan uraian yang memadai tentang suatu bacaan. Sampai sekarang, konsep skema merupakan jalan yang paling memberikan harapan dari sudut wacana pada umumnya karena skemata merupakan bagian dari penyajian pengetahuan latar, luasnya pengetahuan, dan pengalaman pembaca.
Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan guru diantaranya (1) Dapat menolong para siswa untuk memperkaya kosakata mereka dengan jalan memperkenalkan sinonim kata-kata, antonim, imbuhan, dan menjelaskan arti suatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu mereka, (2) dapat membantu para siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan disertai latihan seperlunya, (3) dapat meningkatkan kecepatan membaca para siswa dengan menyuruh mereka membaca dalam hati, menghindari gerakan bibir, dan menjelaskan tujuan membaca. (Yasrul Efendi, 2008).
Berdasarkan ulasan di atas, pembaca yang efektif adalah pembaca yang mengutamakan kecepatan membaca, tanpa mengabaikan pemahaman terhadap isi bacaannya. Pembaca efektif adalah orang yang memahami benar seberapa cepat ia membaca dan seberapa persen ia harus memahami isi bacaan. Dengan kata lain, pembaca yang efektif adalah pembaca yang ideal dan ia adalah pembaca yang fleksibel.
Kefektifan seseorang dalam membaca ditentukan oleh beberapa faktor. Setiap orang akan memiliki kemampuan efektif membaca dengan taraf yang berbeda, bergantung pada kemampuannya menguasai faktor-faktor pokok yang menjadi penentu kemampuan membaca. Diantaranya;
1) Kemampuan kebahasaan
2) Kemampuan visual
3) Kemampuan membangkitkan skema selama membaca
4) Kemampuan membangun konsentrasi baca (fokus ketika membaca)
5) Kemampuan membangun prediksi dan pemandu sebelum membaca (menerka isi bacaan dan menentukan apa yang harus ia kuasai)
6) Kemampuan menguasai strategi dan metode membaca
7) Kemampuan membaca secara fleksibel (kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca)
8) Kemampuan membangun perilaku membaca yang baik (menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk selama membaca)
Kedelapan faktor inilah yang perlu dibina dan dikembangkan hingga kita mampu memiliki kemampuan membaca pada taraf yang optimal.
b. KEM dan Strategi Membaca
Kemampuan membaca seseorang salah satunya ditentukan oleh ketepatan seorang pembaca menentukan strategi baca yang akan ia gunakan selama ia membaca. Begitu juga dengan pembaca yang fleksibel di mana mampu secara tepat menentukan kecepatan membaca yang ia gunakan untuk mencapai derajat pemahaman yang ia harapkan. Melihat konsep ini, jelaslah bahwa salah satu hal penting yang dapat kita gunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca adalah secara tepat menentukan strategi baca. Mengapa strategi membaca sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang? Berbagai strategi baca diciptakan agar pembaca mampu membaca secara tepat dan menemukan informasi secara cermat dan tepat. Semua strategi membaca pada prinsipnya merupakan panduan bagi seorang pembaca untuk fokus selama ia membaca. Selain itu, strategi membaca juga menyarankan bagi pembaca untuk memiliki tujuan baca yang jelas hingga ia akan secara optimal mencapai tujuan baca tersebut.
3. Standardisasi KEM
Secara umum, kategorisasi pembaca yang dilihat dari sudut kepemilikan KEM-nya dapat ditolokukuri dengan patokan berikut: (literature-a?)
Kategori KEM | Angka KEM |
Kecepatan Rendah | Di bawah 250 kpm |
Kecepatan sedang (memadai) | 250 - 350 kpm |
Kecepatan Tinggi (efektif) | Di atas 350 kpm |
Standar KEM untuk masing-masing jenjang sekolah adalah sebagai berikut;
Jenjang Sekolah | Angka KEM |
Sekolah Dasar | 150 - 200 kpm |
Sekolah Lanjutan Pertama | 200 - 250 kpm |
Sekolah Lanjutan Atas | 250 - 300 kpm |
Perguruan Tinggi | 300 - 350 kpm |
4. Pembaca yang Efektif dan tidak Efektif
a. Pembaca yang Efektif
Dikatakan sebagai pembaca yang efektif bila;
1) Membaca dengan kecepatan tinggi (berkisar antara 325-450 kpm).
2) Kecepatan membaca bervariasi, bergantung pada tujuan, keperluan, dan bahan bacaan.
3) Aspek yang dibaca adalah satuan pikiran, ide, atau kata-kata kunci saja.
4) Sedikit terjadi pengulangan gerak mata.
5) Waktu membaca secara fisik diam.
6) Menggerakkan bola mata 3 - 4 kali pada setiap barisan bacaan.
7) Makna yang diambil adalah gagasan-gagasan pokok saja, tanpa banyak melihat unsur-unsur yang kurang menunjang.
8) Membaca dengan sikap aktif, kritis, dan kreatif.
9) Konsentrasi terhadap bahan bacaan sempurna.
10) Membaca dipandang sebagai kebutuhan, bukan suatu tugas atau beban.
b. Pembaca yang tidak Efektif
Dikatakan pembaca yang tidak (kurang efektif) bila;
1) Membaca dengan kecepatan rendah (antara 100-200 kpm).
2) Membaca dengan kecepatan konstant untuk berbagai cuaca dan kondisi membaca. Kecepatan itu selalu sama meskipun pada tujuan, bahkan bacaan, dan keperluan yang berbeda.
3) Gerak mata diarahkan/ dipusatkan pada kata demi kata dan memahaminya secara terputus.
4) Banyak terjadi pengulangan gerak mata.
5) Menggerakkan bola mata 8 – 12 kali atau lebih pada setiap baris bacaan.
6) Memvokalkan bahan bacaan. Proses membaca diikuti gerak mulut atau anggota badan lainnya.
7) Menarik mekna leteralnya dulu (fakta-fakta), unsur subordiana, baru kemudian menyimpulkan gagasan utamanya.
8) Membaca pasif kalimat demi kalimat.
9) Konsentrasi tidak sempurna.
10) Membaca jika hanya ada keperluan atau ada paksaan dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Yasrul Efendi. 2008. Peningkatan kemampuan membaca cepat dengan menggunakan metode speed reading; tersedia online (http//:peningkatan-kemampuan-membaca-cepat-dengan-menggunakan-metode-speed-reading.htm)
Abidin, Yunus. (2010). Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press.
Denny Iskandar. Pokok-pokok materi diklat Membaca dan pembelajarannya. [Online]. Tersedia: http:// file.upi.edu/ Direktori/ FPBS/ JUR.PEND. BHS. DAN SASTRA INDONESIA/DENNY ISKANDAR/MEMBACA DAN PEMBELAJARAN
Mulyati, Yeti. 2003. Kecepatan efektif membaca: apa, mengapa, dan bagaimana (online) tersedia; online http://file.upi.edu/Direktori/ FPBS/JURPEND. BHS. DAN SASTRA INDONESIA/196008091986012 YETI MULYATI/KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA MMAS 2003.pdf, senin, 2010.
Kholid Abdullah. Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dan Pengukurannya. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.PEND.BHS. DAN SASTRA INDONESIA/ KHOLID ABDULLAH HARRAS/ Bahan Kuliah Makalah/ Kecepatan Efektif Membaca.pdf
Nurhadi. (2005). Bagaimana Meningkatkan Keemampuan Membaca? (Suatu Teknik Memahami Literatur yang Efisien). Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nurhadi. (2008). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Soedarso. 2004 (cet. 11). Speeed Reading. Bandung: Gramedia
Suyoto. (2007). Sistem Membaca Cepat Dan Efektif. [Online]. Tersedia: http: // bhsindo. multiply.com/ journal/ item/ 1
Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
It is good article.
BalasHapusPlease allow me to copy..
TERIMAKASIH SANGAT MEMBANTU SAYA GUNAKAN UNTUK SALAH SATU REFERENSI SAYA DALAM MEMBUAT TUGAS AKHIR
BalasHapusHalototo
BalasHapusSiswi SMA di Perkosa
bokep