Awal dari sebuah kehidupan adalah karena kecintaan Allah pada hambanya. Hamba yang sadar akan rasa cinta akan menyadari untuk membalas cinta hanya untuk Allah. Banyak insan yang tidak sadar akan arti cinta lalu menafikan keberadaan Allah. Padahal, Allahlah penganugerah segala rasa. Coba bayangkan jika manusia hidup tanpa rasa, terutama rasa cinta dan sayang. Bagaimanakah bumi ini?
Jawaban itu ada dalam diri masing-masing. Namun, hari ini mari kita renungi bersama hal apa saja yang telah kita lakukan sebbagai bukti cinta dan sayang kita kepada makhluk yang ada di bumi ini. seberapa besar pula cinta kita kepada Sang Khaliq? Allah mencintai hamba yang mencintai-Nya dan bukti cinta hamba kepada Khaliqnya adalah kesiapannya dalam menjalankan semua perintah dan menjauhkan segala larangan-Nya.... Sudahkah kita melakukan semua itu?? mari kita renungi kembali...!
Hari-hari itu terlewati bagai detik-detik yang tak terhitung. sungguh banyak hal yang didapati dari semua agenda yang terus ditekuni. inilah jalan yang telah dipilih siap hingga tuntas menjalaninya..
awal dari sebuah penentuan adalah ketika kita siap dengan segala ketetapan Allah... Allah telah mengatur segalanya dan tak bisa seorang pun yang bisa mengatur apa yang telah ditetapkan oleh Allah. yakinlah bahwa yang terbaik akan selalu hadir bbersama kita jika kita hambanya yang baik. bahagia seseorang tak dapat diukur oleh besar kecilnya harta benda yang dimiliki, tetapi semuanya kembali pada masing-masing pribadi. dunia semakin dikejar semakin lari, tetapi akhirat semakin dikejar semakin mendekat...untuk itu kejarlah yang mendekatimu bukan yang menjauhimu....!
to be continu.....
blog ini adalah bagian didikasi penulis dalam dunia pendidikan. Berbagi sedikit pengalaman dan pengetahuan kepada pembaca dan semoga bermanfaat
Sabtu, 14 Mei 2011
Kamis, 12 Mei 2011
Media Pembelajaran di SD
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar-menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap oleh orang lain. Untuk memudahkan proses komunikasi, komunikator dapat menggunakan berbagai media sebagai sarananya. Media merupakan salah satu sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh setiap orang, termasuk pendidik yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Media memiliki cakupan yang sangat luas. Namun, pada bagian ini hanya media pembelajaran saja yang menjadi kajiannya. National Education Association (NEA) dalam Sadiman, (2009) menyebutkan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Sadiman (2009: 7) sendiri menybutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Dalam konteks komunikasi, seorang pendidik atau guru memerlukan media sebagai alat bantu untuk memudahkan seorang guru mengomunikasikan pesan berupa materi pelajaran kepada siswa dengan harapan proses komunikasi dapat berjalan baik dan sempurna sehingga siswa dapat menerima pesan yang benar tanpa ada kesalahan. Oleh karena itu, peran media sangat penting dalam proses pembelajaran karena penggunaan media dapat memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan oleh seorang guru. Namun, seorang guru juga harus mampu memilih, mendesain, dan menampilkan media sesuai dengan perkembangan seorang anak dan dapat membuat anak merasa nyaman ketika mengikuti proses pembelajaran.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin dengan bentuk jamaknya “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Menurut Donald P. Ely & Vernon S. Gerlach dalam Rohani (1997:2), pengertian media ada dua, yaitu arti sempit dan arti luas. (a) Arti sempit, media itu berwujud grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, memproses, serta menyampaikan informasi. (b) Arti luas, yaitu kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.
Sementara itu, Briggs dalam Sadiman (2009) berpendapat bahwa media adalah adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Schramm (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
2. Analisis Penggunaan Media
Setiap media yang digunakan dalam pembelajaran tentunya tidak asal-asalan, tetapi perlu pertimbangan kesesuaiannya. Kesesuaian penggunaan media dapat dilihat dari segi materi pelajaran yang diajarkan. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan hal yang memubutuhkan ketelatenan yang luar biasa dari seorang guru, termasuk dalam memilih media pembelajaran. Kesesuain pemilihan media akan berdampak positif bagi pembelajaran. Untuk belajar puisi misalnya guru dapat memilih media audio-visual seperti VCD, begitu pula belajar menulis cerpen guru dapat menggunakan media gambar baik yang bergerak maupun yang diam.
a. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat pendukung terlaksananya kreativitas belajar mengajar dalam upaya kelancaran proses belajar dengan situasi yang kondusif. Adapun pemahaman peserta didik dengan media memiliki fungsi:
a. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan. Namun, berfungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Penggunaan media pengajaran bukan merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
c. Media dalam pengajaran sifatnya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d. Penggunaan media dalam pengajaran bukan hanya sebagai hiburan yang digunakan hanya sekedar untuk melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
e. Penggunaan media lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan guru.
f. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Selanjutnya, Djamarah (2006:122) bahwa media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran yang berfungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan alat bantuk tidak bisa digunakan sembarangan menurut kehendak hati guru dalam upaya pelaksanaan pembelajaran berlangsung ketika aktivitas pembelajaran dirungan kelas. Namun, harus memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
Media memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah sebagai alat pengembangan wawasan anak yang meletakkan cara berpikir konkret dalam kegiatan belajar mengajar dengan memahami kondisi psikologis siswa, tujuan , metode, dan kelengkapan alat bantu.
Fathurrohman (2009) memberi gambaran lebih detail dari manfaat penggunaan media dalam proses pembelajaran, (a) Menarik perhatian siswa, (b) Membantu untuk mempercepat pemahaman, (b) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata – kata tertulis atau lisan), (c) Mengatasi keterbatasan ruang, (d) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, (e) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan, (f) Menghilangkan kebosanan pada siswa dan meningkatkan motivasi siswa.
Oleh karena itu, penggunaan media hendaknya tidak asal-asalan untuk pengembangan minat belajar anak. Namun, pemilihan media dapat memperjelas siswa berpikir konkret sebelum mampu berpikir abstrak sehingga situasi dan kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran.
Mustikasari (2008) mengatakan (a) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, (b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (c) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, (e) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (d) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, (f) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, dan (g) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Dengan demikian, media pembelajaran hendaknya berguna bagi anak didik dengan isinya relevan dengan kurikulum yang berlaku disekolah tersebut meliputi apakah dengan mengunakan media tersebut dapat diserap oleh anak didik dengan optimal serta penyampaian tidak asing bagi anak didik sehingga efektif dalam pencapaian hasilnya dalam perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor anak.
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Secara umum, media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: auditif, visual, dan gerak. Selain itu, media juga diklasifikasikan berdasarkan sudut pandang yang dilihat, yaitu:
a. Dilihat dari sifatnya, media terdiri atas media auditif, media visual dan media audiovisual.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media terbagi atas; (a). Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti televisi dan radio. (b). Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film, slides, video dan lainnya.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, terdiri; (a). Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparasi dan lainnya. (b). Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan lainnya.
Rudy Brets (dalam Sudrajat, 2008), mengidentivikasi ada tujuh klasifikasi media, (1). Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv, (2). Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara,dan sebagainya, (3). Audio semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara, (4). Media visual bergerak, seperti: film bisu, (5). Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu, (6). Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio, (7). Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.
d. Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media. Namun demikian, ada hal yang seragam bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektivitas program pembelajaran.
Fathurrohman (2009) menyebutkan terdapat prinsip – prinsip yang digunakan dalam pemilihan media; (a) menentukan jenis media yang tepat, yaitu sebaiknya guru memilih media yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan, (b) menetapkan subyek dengan tepat, yaitu perlu diperhitungkan apakah penggunaan media sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, (c) menyajikan media dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan media harus sesuai dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana dan (d) menempatkan media pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat.
Agar media pengajaran yang telah dipilih sesuai dengan prinsip pemilihan, pemanfaat media perlu juga memperhatikan faktor – faktor lain seperti: (a) Objektivitas, yaitu pemilihan media harus digunakan untuk keperluan sistem belajar. (b) Program pengajaran, yaitu isi maupun struktur materi yang disampaikan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. (c) Sasaran program, yaitu media yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak baik dari segi bahasa, simbol yang digunaka maupun cara dan waktu penggunaannya. (d) Situasi dan kondisi, yaitu situasi dan kondisi sekolah atau ruangan yang digunakan, baik ukuran maupun perlengkapannya, kondisi anak didik yang mengikuti pelajaran. (e) Kualitas teknik, yaitu rekaman suara atau gambar dan alat lainnya yang perlu penyempurnaan sebelum digunakan.
e. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami berbagai karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kegiatannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Fathurrohman, 2009), bahwa media diperlukan beberapa kriteria, yaitu; a) ketepatannya dengan tujuan pengajaran, yaitu media pengajaran dipilih berdasarkan tujuan – tujuan instruktional yang telah ditetapkan, b) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, yaitu bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa, c) kemudahan memperoleh media, di mana media yang diperlukan mudah didapatkan dan mudah dibuat oleh guru pada waktu guru mengajar, d) keterampilan guru dalam menggunakan berbagai jenis media dalam proses pengajaran sangat diperlukan, dan e) memilih media harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, di mana dalam menyajikan grafik yang berbentuk data atau angka harus ditampilkan dalam bentuk gambar atau poster, begitu juga dalam menyajikan diagram.
Oleh karena itu, kriteria pemilihan media yang efektif dan efisien serta menyenangkan tentu menjadi dambaan dan kebutuhan untuk pembelajaran, untuk mendapatkan media tersebut diperlukan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di antaranya dalam pemilihan media sehingga dapat digunakan dalam semua situasi, semua karakteristik siswa dan semua mata pelajaran. Namun, media sifatnya kondisional dan kontekstual sesuai serta media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki para siswa yang disajikan dapat melampaui batasan ruang kelas.
f. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Penggunaan media pada setiap kegiatan pembelajaran perlu diperhatikan prinsip pokok, di mana diharapkan media yang digunakan dapat mengarahkan siswa dan memudahkannya dalam memahami materi pelajaran. Dengan kata lain, media yang digunakan harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa bukan kepentingan guru saja.
Menurut Sanjaya (2010) ada sejumlah prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media, yaitu; (a) media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, (b) media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran, (c) media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa, (d) media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien, (e) media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
Riana (2010: 5) mengatakan ada tiga tahap utama, yaitu: (1) Define yaitu fase perumusan tujuan, rancangan media apa yang akan dikembangkan. (2) Develope yaitu fase pengembangan sesuai dengan fase pertama dan (3) Evaluasi yaitu fase terakhir untuk menilai media yang sudah dikembangkan.
Dengan demikian, perancang media seyogyanya memperhatikan tiga tahap utama sebelum digunakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran dalam interaksi dengan siswa, yaitu:
a) Define (pembatasan), dalam fase ini menyangkut rumusan tujuan, rancangan media apa yang akan dikembangkan, beberapa persiapan awal dalam perancangan media yang menyangkut: bahan, materi, dana, serta aspek perancangan lainnya.
b) Develop (pengembangan), dalam fase ini sudah dimulai proses pembuatan media yang akan dikembangkan, sesuai dengan fase pertama.
c) Evaluation (evaluasi), yaitu fase terakhir untuk menilai media yang sudah dikembangka/dibuat, setelah melalui tahap uji coba, revisi, kajian dengan pihak lain. Untuk kemudian direproduksi media dalam bentuk lain.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
Contoh instrumen media pembelajaran di SD
No. | Kategori | Jenis | Penggunaan | Ketersediaan |
1. | Audio | radio | Pembelajaran bahasa Indonesia | Ada |
2. | Visual | gambar, foto, | Setiap mata pelajaran | Ada |
3. | Audio-visual | televisi | Pembelajaran bahasa dan sains | Ada |
4. | dll. | | | |
C. Kesimpulan
Media memiliki peran penting dalam suatu proses pembelajaran, di mana secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: auditif, visual, dan gerak, sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Media memiliki peran sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media pengajaran bukan merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
3. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.
4. Diharapkan media yang digunakan dapat mengarahkan siswa dan memudahkan dalam memahami materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Saiful Bahri. dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobri Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: P.T Refika Aditama
Helipriyanto, Donni. 1999. Pengenalan dan Pemilihan Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.jurnalpariwisata.com/files /jurnal042/ {8 Oktober 2010}
Mustikasari, Ardiani. 2008. Edu-Artikel: Mengenal Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/ {8 Oktober 2010}
Riana, Cepi. 2010. Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://searchpdf.com/search.php-search-media-pembelajaran. {8 Oktober 2010}
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Sadiman, Arief S. dkk. 2009. Media pendidikan pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/ {13 Oktober 2010}.
Analisis Komponen Kebahasaan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar merupakan tahapan awal yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan bahasa nasional bagi anak. Pengajaran bahasa dari masa ke masa seharusnya terus menaglami perkembangan karena perkembangan teknologi juga berkembang, baik teknologi komunikasi maupun teknologi sains.
Sampai akhir abad ke-19 pengajaran bahasa Indonesia masih didominasi oleh metode gramatika-terjemahan (grammar-translation method) yang mengutamakan penghafalan kaidah-kaidah tatabahasa dan penerjemahan dari bahasa asing ke dalam bahasa ibu dan sebaliknya. guru lebih banyak menggunakan waktunya untuk mengajarkan pengetahuan bahasa, bukan mengajarkan agar siswa-siswanya pandai berbahasa baik secara lisan maupun tertulis. Latihan-latihan menggunakan bahasa secara lisan boleh dikatakan tidak ada. Metode ini sangat digemari dan dalam kenyataannya masih digunakan, biarpun secara resmi dalam kurikulum 1984 metode yang dianjurkan adalah metode komunikatif (Purwo, dkk, 1996).
Pada awal abad ke-20 diperkenalkan metode langsung (direct method). Metode ini beranggapan bahwa bahasa yang dijarkan pertama-tama adalah bahasa lisan bukan bahasa tulis. Metode ini juga menolak pengajaran tatabahsa seperti yang diajarkan dengan metode gramatika-terjemahan (Purwo, 1996).
Perbedaan metode pengajaran bahasa pada dua abad tersebut menjadikan kita berpikir kembali apakah ada yang salah dari setiap metode tersebut. Setiap metode pembelajaran sebenarnya ada untung ada rugi hanya saja bagaimana kreativitas guru dalam memilih metode yang tepat untuk setiap pembelajaran yang disusun.
Tuntutan pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum KTSP sekarang juga sama dengan tuntutan kurikulum sebelumnya, yaitu mengahrapkan siswa cakap dalam berbahasa lisan dan bahasa tulis. Terkadang hal inilah yang luuput dari perhatian guru, guru beranggapan apabila anak sudah mampu berbahasa Indonesia berarti sudah cakap dalam bahasa lisan dan tulis. Padahal, guru masih mempunyai kewajiban untuk memperhatikan bagaimana bahsa lisan anak dan bagaimana bahasa tulis anak sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan oleh anak baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dengan adanya evaluasi tersebut, guru berharap adanya kesadaran anak-anak dalam berbahasa secara baik dan benar.
Dalam prosedur pembelajaran pendekatan komunikatif terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu teori bahasa, teori belajar, tujuan silabus, tipe kegiatan, peranan guru, peranan siswa, dan peranan materi. Adapun penerapannya disesuaikan dengan kurikulum, strategi, metode, teknik, dan tujuan pembelajaran (Santosa, 2008).
Proses pembelajaran bahasa yang dilakukan secara kompleks tanpa mengabaikan tingkat kemampuan komunikasi anak dan dan kemampuan aplikasi konsep kebahasaan terhadap bahasa yang diproduksi oleh anak baik dalam bentuk lisan maupun tulisan adalah suatu hal yang sangat penting dan sangat perlu diterapkan oleh semua guru. Pembelajaran sastra juga tidak terlepas dari pembelajaran bahasa. Tidak berarti ketika pembelajaran sastra berlangsung guru hanya mengajarkan sastra, sedangkan unsur kebahasaan diabaikan.
Berdasarkan pembahasan di atas penulis akan memaparkan pembahasan tentang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar yang mencakup aspek kebahasaan dalam setiap kompetensi dasar (KD) baik KD yang langsung berkaitan dengan aspek kebahasaan maupun aspek kesastraan.
Senin, 09 Mei 2011
Model Pembelajaran Membaca Menggunakan Metode Skimming dan Scanning dengan Teknik One-to-One
1. Rasionalisasi
Proses pembelajaran membaca yang berlangsung dalam kelas diharapkan dapat memberikan kesan menyenangkan bagi siswa. Sesuatu yang menyenangkan tentu akan disukai oleh siswa kerena mereka tidak merasa bosan. Proses pembelajaran yang menyenangkan inilah yang perlu terus diterapkan oleh setiap guru. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV berkaitan dengan Standar Proses dalam Pasal 19 disebutkan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselanggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivaasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Melihat isi peraturan pemerintah tersebut sesungguhnya proses pembelajaran benar-benar harus dikondisikan senyaman mungkin karena hal itu telah menjadi tanggung jawab setiap guru dan ada aturannya. Upaya menjembatani hubungan guru dan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan metode-metode pembelajaran yang komunikatif. Penerapan berbagai metode dalam pembeajaran tersebut bertujuan membentuk sebuah gaya belajar yang menyenangkan dan memberikan hasil proses yang menggembirakan.
Di dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai oleh siswa setelah mereka belajar pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu aspek mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek membaca berada pada posisi yang tidak terlalu sukar apabila dibandingkan dengan menulis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran membaca adalah kemampuan dalam membaca dan kemampuan mengolah informasi dari bacaan. Kelancaran membaca serta menariknya suatu bacaan akan berpengaruh pada minat baca siswa sehingga guru harus memperhatikan tingkat kemampuan membaca siswa serta minat bacanya. Bentuk perhatian yang diberikan guru akan memberikan kemudahan bagi guru sendiri memilih sebuah metode dalam pembelajaran karena guru sudah paham dengan kondisi siswa.
Setiap siswa memiliki gaya belajar tersendiri dan ketika gaya belajar yang diterapkan oleh guru dapat mewarnai gaya belajar mereka, secara tidak langsung proses pembelajaran pun akan berlangsung aktif. Kesempurnaan terhadap suatu harapan selalu ada walau terkadang tidak sepenuhnya tercapai. Begitu pula, harapan guru dan siswa. Guru dan siswa sekarang sama-sama menghadapi dunia dengan ledakan pengetahuan dan perubahan informasi dalam berbagai keadaan secara cepat. Perubahan-perubahan yang terjadi akan terselamatkan jika dilalui dengan rasa aman. Hal ini seperti ungkapan Maslow (dalam Silberman, 2007) “Setiap langkah ke depan menjadi mungkin melalui rasa aman, menerapkannya pada sesuatu yang tidak diketahui dari tempat yang selamat”.
Usaha pembelajaran membaca adalah usaha membiasakan siswa membaca dan mengembangkan kemampuan serta kecepatannya. Dalam mengembangkan serta meningkatkan keterampilan membaca siswa, guru mempunyai tanggung jawab paling sedikit meliputi enam hal utama, yaitu:
1) Memperluas pengalaman para siswa sehingga mereka memahami keadaan dan seluk-beluk kebudayaan;
2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata baru;
3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambing serta simbol;
4) Membantu siswa memahami struktur-struktur kalimat yang sulit bagi siswa;
5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman kepada para siswa;
6) Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.
Guru yang memiliki rasa tanggung jawab di atas akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan hal yang menjadi tanggung jawabnya dengan berbagai cara. Guru juaga akan menerapkan tahapan-tahapan membaca dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
1) Tahap I
Siswa membaca bahan/kata-kata atau kalimat yang telah mereka pelajari dan mengucapkannya dengan baik. Hal ini masih dilakukan pada siswa SD kelas rendah. Setelah mereka mampu membaca dan mengucapkan kata-kata yang telah dipelajari secara bergantian siswa dapat mempraktikkannya.
2) Tahap II
Pada tahap ini siswa diajak membaca kalimat-kalimat yang lebih kompleks. Namun, informasi/kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sidah biasa bagi siswa.
3) Tahap III
Siswa mulai diperkenalkan dengan teks bacaan yang berisi jumlah kata yang masih jarang didengar tujuannya adalah untuk membangun schemata baru bagi anak.
4) Tahap IV
Siswa diajak untuk membaca buku-buku yang tidak sulit (kosakatanya mudah dipahami) yang dapat bermanfaat untuk kepentingan belajar mereka atau dapat juga membaca buku-buku cerita. Dalam hal ini, siswa mulai dilatih menemukan sendiri ide dari setiap bacaannya.
5) Siswa diperkenalkan berbagai buku dan menggajak mereka menemukan gagasan-gagasan yang terdapat di dalam bukuk tersebut (Tarigan, 2008)
Berdasarkan lima tahapan membaca yang sebaiknya ditempuh oleh seorang guru, ada baiknya jika guru telah melihat perkembangan siswa sampai pada tahap III/ IV/V menerapkan metode membaca Skimming dan Scanning. Metode skimming dan scanning adalah suatu metode membaca yang sekaligus dapat melatih kecepatan dan kemampuan membaca siswa.
Penguasaan dan pemahaman terhadap metode skimming dan scanning akan memudahkan setiap orang dalam menemukan informasi penting dari sebuah buku. Cara membaca langsung pada ide pokok serta langsung membaca pada bagian informasi yang diinginkan adalah teknik yang paling ampuh untuk membaca buku, majalah, dan koran yang sampai ratusan halaman walaupun bacaan siswa SD belum tentu sampai ratusan halaman. Akan tetapi, pengenalan dan penerapan metode skimming dan scanning tersebut dapat dilakukan. Metode skimming dan scanning diterapkan pada membaca lanjutan dan pada siswa SD kelas tinggi. Artinya, metode tersebut diterapkan pada siswa yang sudah dapat membaca.
Untuk pembelajaran membaca, ada beberapa metode yang dapat diterapkan di antaranya metode mengeja, metode global, metode kupas rangkai, metode SAS, metode skimming dan scanning, metode SQ3R, metode DRTA, dan metode CALLA. Akan tetapi, pada kesempatan ini hanya akan difokuskan pada metode skimming dan scanning.
2. Tujuan model pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one
Banyak yang mengartikan skimming dan scanning sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, dengan berbagai tujuan, yaitu
1. mengenali topik bacaan
2. mengetahui pendapat orang (opini)
3. mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya
4. mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu
penyegaran yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah (Hadi, 2010).
3. Kajian teori model pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one
1. Pengertian Membaca Skimming dan Scanning
Soedarso (2006: 84) menyebutkan bahwa sebagai pembaca kita harus berani menjadi tuan dan bacaan adalah budak kita sehingga bacaan itu dapat diperlakukan sesuai maksud/keinginan kita. Membaca sesuai dengan keinginan kita dapat kita lakukan dengan metode skimming dan scanning. Membaca tersebut dilakukan dengan tidak membaca keseluruhan, tetapi hanya pada bagian-bagian yang dianggap penting saja.
Komponen | Skimming | Scanning | ||
Pengertian | Skimming digunakan untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah teks. Untuk mengetahui apakah suatu artikel sesuai dengan apa yang kita cari. Untuk menilai artikel tersebut, apakah menarik untuk dibaca lebih lanjut secara mendetail. Kecepatan membaca secara skimming biasanya sekitar 3-4 kali lebih cepat dari membaca biasa. | Scanning digunakan untuk mendapatkan informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. Scanning berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa tertentu. | ||
Contoh | skimming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah halaman buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail. | scanning untuk menemukan nomor tertentu pada direktori telepon, kata dalam kamus. | ||
Strategi | Langkah-langkah skimming :
| Langkah-langkah scanning :
| ||
Tarigan (1985) mendefinisikan membaca skimming (sekilas) adalah suatu tipe mmembaca dengan cara meliputi atau menjelajah bahan bacaaan secara cepat agar dapat memetik ide-ide utama, sedangkan scanning (sepintas) adalah suatu teknik pembacaan sekilas tetapi dengan teliti dengan maksud menemukan informasi khusus, informasi tertentu dari bahan bacaan.
Dapat disimpulkan bahwa skimming dan scanning adalah teknik membaca cepat yang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang dihadapkan pada banyak literatur sementara hanya ada sedikit waktu untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kerancuan dalam membedakan antara skimming dan scanning. Keduanya merupakan teknik membaca cepat, hanya saja berbeda tujuan penggunaan
Dalam praktiknya, skimming dan scanning seringkali digabungkan. Setelah melakukan skimming, pembaca memutuskan teks tersebut menarik, lalu dilanjutkan dengan scanning lokasi informasi yang spesifik. Bisa juga sebaliknya, melakukan scanning ketika pertama kali menemukan sumber untuk menentukan apakah teks tersebut akan menjawab pertanyaan Anda dan selanjutnya melakukan skimming mencari pesan yang ingin disampaikan penulis atau gagasan utamanya (http://gurupembaharu.com/home/?p=3989, 2010).
2. Teknik one-to-one
Gabungan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one diharapkan dapat memberikan sebuah hal baru dalam pembelajaran. Teknik one-to-one sangat menekankan sisi membaca dan menulis untuk aspek yang ingin dicapai dalam setiap KD. Selain itu, ada juga elemen aktivitas diri yang lain yang juga dilihat, yaitu kerja kelompok, cara melihat, gerakan, serta aspek mendengarkan dan berbicara. Tujuan dari teknik one-to-one adalah untuk melatih siswa berpikir, mandiri, saling kerja sama, pengucapan/artikulasi yang jelas, melatih pula kecerdasan emosional dan menyenangkan.
Cara penerapan/langkah-langkah teknik one-to-one
1. Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok
2. Setiap kelompok diberikan satu topik bersama dengan tugas atau arahan kerja bagi setiap kelompok
3. Guru menentukan waktu deadline bagi setiap kelompok dalam menguasai topik. Dalam tahap penguasaan topik siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya atau mencari bantuan pada teman yang lain, yang satu kelompok atau melakukannya sendiri.
4. Hasil kerja dapat dituliskan pada kertas A4/A3 yang dibagikan oleh guru dan dapat dituliskan dengan berbagai warna dengan tambahan gambar atau kata-kata kunci tertentu yang dapat memudahkan siswa mengingat.
5. Setelah selesai dan siswa memperlihatkan hasil kerjanya, guru dapat memasangkan siswa-siswa yang cepat dengan yang cepat sehingga siswa ini dapat diberikan tugas-tugas baru dan terus berpacu, sedangkan yang lain juga dapat dipasangkan atau memilih pasangannya sendiri. Namun, pengontrolan dari guru tetap dilakukan.setiap pasangan saling membandingkan dan membantu dalam mencari setiap informasi yang diperlukan dan guru memantau serta memberi masukan kepada siswa-siswa yang belum mendapat informasi yang akurat (Ginnis, 2008).
4. Proses pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one
a. Bahan ajar/materi
Pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning pada tingkatan kelas tinggi di dalam kompetensi dasar (KD) jelas terlihat bahan/materi yang akan diajarkan. Aspek membaca di dalam setiap KD telah ditentukan oleh perumus kurikulum. Aplikasi yang dilakukan oleh guru yang perlu ditegaskan sekarang. Terkadang ada juga guru yang mengabaikan aspek membaca karena menganggap siswa kelas tinggi sudah dapat membaca. Padahal, aspek membaca di kelas tinggi menggaharapkan hal berbeda dengan di kelas rendah,
Berikut dapat dilihat beberapa standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang difokuskan pada aspek membaca pada kelas tinggi, yaitu kelas IV, V, VI.
No. | Kelas/ Semester | Standar Kompetensi (SK) | Kompetensi Dasar (KD) |
1. | IV/1 | 3. Memahami teks agak panjang (150 – 200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi | 3.1 Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150 – 200 kata) dengan cara membaca sekilas 3.2 Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca 3.3 Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/esiklopedi melalui membaca memindai |
2. | IV/2 | 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun | 7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraph melalui membaca intensif 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat 7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat |
3. | V/1 | 3. Memahami teks dengan membaca teks percakapan. Membaca cepat 75 kata/menit, dan membaca puisi | 3.1 Membaca teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat 3.2 Menemukan gagasan utama suatu teks dengan kecepatan 75 kata/menit 3.3 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat |
4. | V/2 | 7. Memahami teks dengan membaca sekilas, dan membacca ceerita anak | 7.1 Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas 7.2 Menemukan informasi secara cepat daari berbagai teks khusus (buku petunjuk, telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll.) yang dilakukan melalui membaca memindai 7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat |
5. | VI/1 | 3. Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca sekilas | 3.1 Mendeskripsikan isi dan teknik penyajiaan suau laporan hasil pengamatan/kunjungn 3.2 Menanggapi informasi dari kolom/rubrik khusus (najalah anak, Koran, dll.) |
6. | VI/2 | 7. Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama | 7.1 Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif 7.2 Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jlan cerita, dan amanat) dari teks drama anak |
.
Melihat isi dari KD berdasarkan tabel di atas, semua KD dapat diterapkan metode skimming dan scanning dalam proses pembelajaran membacanya. Sekarang tugas guru adalah membuat metode skimming dan scanning itu menarik dan disenangi oleh siswa. Sebagai contoh pada KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di kelas IV, metode skimming dapat digunakan dengan teknik one-to-one sesuai dengan langkah-langkah yang sudah disebutkan di atas dan cara membaca teks dapat dengan pola:
1. Vertikal (lurus ke bawah)
2. Zigzag (seperti huruf Z)
3. Spiral (seperti hufur S)
4. Balok (seperti gambar segi panjang)
5. Diagonal
Untuk membuat kelima pola tersebut dapat dilakukan pada kertas A4. Kertas A4 digambarkan gambar pola tersebut dengan ukuran yang ditentukan minimal 5 cm untuk luas tiap polanya. Setelah pola digambarkan, gambar tersebut dipotong dan hasil yang didapat dapat digunakan pada saat melakukan proses membaca skimming dan scanning. Tahap 1, 2, 3, 4 masih menggunakan pola tersebut dengan frekuensi yang terus dikurangi dan tahap kelima siswa akan terbiasa tanpa pola.
Materi/bahan ajar yang digunakan untuk pemebalajaran KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di atas disesuaikan dengan kompetensi siswa. Contoh teks bacaan yang disediakan tidak terlalu sulit, penggunaan kamus yang tidak tebal (kamus saku), ensiklopedi juga ensiklopedi anak-anak.
b. Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Djamarah (2006:122) menyebutkan bahwa media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran yang berfungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan alat bantuk tidak bisa digunakan sembarangan menurut kehendak hati guru dalam upaya pelaksanaan pembelajaran berlangsung ketika aktivitas pembelajaran di rungan kelas. Namun, harus memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran. Media pembelajaran banyak macamnya dan Rudy Brets (dalam Sudrajat, 2008), mengidentivikasi ada tujuh klasifikasi media, yaitu
(1). Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv, (2). Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara,dan sebagainya, (3). Audio semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara, (4). Media visual bergerak, seperti: film bisu, (5). Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu, (6). Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio, (7). Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Berkaitan dengan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one, media yang dapat digunakan dapat beragam bergantung pada materi. Jika materi yang diambil seperti pada KD 3.1, 3.2, dan 3.3 di kelas IV, medianya dapat beberapa teks bacaan dengan jumlah kata (150 -200 kata), stopwatch, kemudian dapat juga digunakan beberapa gambar yang diikuti petunjuk pemakaian, dan ensiklopedi anak-anak, serta kertas yang berwarna-warni untuk menuliskan hasil kerja, papan tulis, dan pola membaca skimming dan scanning yang sudah digambarkan untuk memudahkan siswa.
c. Evaluasi pembelajaran
Penilaian atau evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu (Hidayat, dkk. 1994). Witherington mengungkapkan “… an evaluation is a declaration that something has or does not have value”. Evaluasi merupakan penentuan apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut Wahyudin dan Agustin (2010), kegatan penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematik, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dapatlah kita katakan bahwa penilaian adalah usaha untuk menentukan nilai terhadap sesuatu. Untuk melakukan penentuan nilai tersebut dibutuhkan yang namanya tes atau nontes.
Pada pembelajaran membaca menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one, guru dapat menggunakan evaluasi bentuk tes tulis dengan teknik tes serta nontes. Bentuk tes disusun dengan mengajukan beberapa pertanyaan sesuai dengan teks bacaan yang diberikan pada siswa. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa memahami isi bacaan. Nontes dapat dilakukan secara langsung dengan melihat bentuk kerja sama dengan temannya serta keseriusan siswa dalam menemukan informasi dari teks bacaan. Kedua hal yang dilihat tersebut dicatat pada lembar pengamatan guru.
d. Skenario pembelajaran
Kelas/Semester : IV (empat)/2 (dua)
Model/Teknik : skimming dan scanning dengan teknik one-to-one
Keterampilan : membaca
Standar Kompetensi : 3. Memahami teks agak panjang (150 – 200 kata),
petunnjuk pemakaian, makna kata dalam
kamus/ensiklopedi
Kompetensi Dasar : 3.1 Menentukan pikiran pokok teks agak panjang
(150 - 200 kata) dengan cara membaca sekilas
Indikator : 1. Siswa dapat membaca keseluruhan isi teks bacaan
2. Siswa menuliskan pikiran pokok dari teks bacaan
3. Siswa menyimpulkan isi dari teks bacaan
Langkah-langkah Pembelajaran:
1. Kegiatan awal
a. Guru menanyakan kabar siswa dan melakukan appersepsi.
b. Guru memperlihatkan beberapa kertas bergambar dan teks bacaan.
c. Guru meminta siswa membacakan secara bersama tulisan yang ada pada gambar.
d. Guru mengemukakan kompetensi yang akan dipelajari oleh siswa.
e. Guru menjelaskan tentang membaca dan cara-cara membaca sambil mempraktikkan.
f. Guru meminta siswa mengulangi bacaannya sama seperti yang dibacakan oleh guru.
g. Guru memberi petunjuk tentang cara membaca melalui metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one serta memperlihatkan pola-pola membaca yang telah digambarkan.
h. Guru meminta siswa mempraktik sesuai petunjuk. Setelah siswa mempraktikan dan guru dapat menyimpulkan siswa paham. Guru membentuk siswa dalam dua grup/kelompok kemudian guru membagikan teks bacaan dan kertas warna-warni pada setiap anggota kelompok. Pada setiap teks telah tertulis waktu yang diperlukan oleh siswa dalam membaca.
2. Kegiatan inti
a. Guru membunyikan alrm pertanda siswa sudah dapat memulai membaca teks sesuai arahan guru yaitu menggunakan metode skimming dan scanning dengan teknik one-to-one.
b. Guru membunyikan alrm lagi pertanda waktu membaca telah berakhir.
c. Siswa menuliskan pokok-pokok pikiran teks bacaan pada kertas warna-warninya masing-masing
d. Siswa bekerja sama/bertanya jawab dengan teman-teman satu kelompok terkait pokok-pokok pikiran yang telah dituliskannya. Setiap anggota kelompok harus ditanyakan.
e. Siswa memperbaiki tulisannya jika ada yang kurang tepat.
f. Siswa menuliskan kesimpulan dari isi teks bacaan yang dibacanya.
g. Guru mengontrol/mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan
h. Guru membunyikan alrm pertanda waktu menuliskan pokok pikiran dan simpulan telah berakhir.
i. Guru meminta siswa yang telah siap maju ke depan kelas. Siswa tersebut dipasangkan kembali dengan yang sama-sama telah siap dan diberikan teks baru lagi dan diminta menerapkan hal yang sama seperti yang sudah dilakukan. Begitu juga dengan siswa-siswa yang lain.
j. Siswa mengumpulkan semua hasil kerjanya.
3. Kegiatan akhir
a. Guru memberi reward pada semua siswa yang telah berusaha sebaik mungkin.
b. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
c. Guru dan siswa melakukan refleksi
5. Daftar pustaka
Djamarah, Saiful Bahri. dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Hidayat, Kosadi dkk.. 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: CV Alfabeta.
Hadi, Abdul. 2010. Artikel “Skimming dan Scanning”. Tersedia [Online] http://basasin.blogspot.com/2009/06/skimming-dan-scanning.html (Rabu. 20 Oktober 2010).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV berkaitan dengan Standar Proses dalam Pasal 19.
Soedarso. 2006. Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Silberman, Mel. 1996. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yokyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/ {13 Oktober 2010}.
Wahyudin, Uyu dan Mubiar Agustin. 2010. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Falah Production.
Langganan:
Postingan (Atom)