Powered By Blogger

Kamis, 05 Mei 2011

Problematika Pendidikan Terkait Peserta Didik

 
1.1  Latar Belakang
 Berbicara tentang proses pendidikan, sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan objek pendidikan itu sendiri, yaitu peserta didik. Semua upaya yang dilakukan dalam proses pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.
Peserta didik adalah manusia yang sangat unik. Mereka memiliki karakteristik tertentu. Berdasarkan penelitian beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah makhluk yang sedang berkembang, yang memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda (Wina Sanjaya, 2009:71). Peserta didik terkadang diposisikan sebagai anak, dalam sudut pandang agama Islam, anak adalah manusia yang masih suci (fitrah), bagaikan kertas yang putih bersih, mereka siap untuk menerima bentuk-bentuk yang akan digambarkan oleh orang-orang yang ada disekitarnya. Baik keluarga, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan pendidikan, desain pendidikan atau kurikulum haruslah yang cocok dengan irama perkembangan anak.
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Kendatipun dua unsur tersebut sama pentingnya, namun ada kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan itu disebabkan oleh bakat saja atau pengaruh lingkungan saja.
Peserta didik memiliki bermacam-macam kemampuan, minat, dan kebutuhan, antara lain kebutuhan ingin berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan. Peserta didik tidak menginginkan berdiam dengan pasif, semua ingin melakukan kegiatan, bermain, atau bekerja. Energi yang mereka miliki perlu mendapatkan penyaluran sebagaimana mestinya. Jikalau energi itu tidak disalurkan, maka dapat menyebabkan tingkah laku yang tidak diharapkan.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.

1.2  Rumusan Masalah
Untuk membatasi permasalahan dalam pembahasan, maka dalam makalah ini akan membahas tentang ”Peserta Didik” yang meliputi:
1.    Apa pengertian dan hakikat  peserta didik?
2.    Bagaimana latar belakang peserta didik mempengaruhi proses pendidikannya?
3.    Apa tujuan peserta didik dalam pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.    Agar kita lebih mengenal dan memahami peserta didik.
2.    Agar kita mengetahui apa tugas dan tanggung jawab peserta didik.
3.    Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, mahasiswa, guru, dan masyarakat umum untuk menambah wawasan tentang peserta didik.
 
2.1  Pengertian Peserta Didik
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2005:51). Anak didik adalah manusia yang memiliki potensi akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia susila yang cakap. Dalam sebuah makalah yang dibuat oleh Zulfikar Chaniago (2009) tentang peserta didik, ia menuliskan bahwa peserta didik adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang dikutip oleh Murip Yahya (2008:113 dalam Abya, 2010), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan ruhani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu.
Terdapat beberapa istilah lain dari peserta didik, seperti siswa, mahasiswa, warga belajar, pelajar, murid, serta santri. Berikut definisinya, yaitu;
a.    Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b.    Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi.
c.    Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
d.   Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas
e.    Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f.     Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan nonformal, khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama Islam.
Potensi anak didik sebagai daya yang tersedia, sedang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu. Anak didik adalah komponen inti dalam kegiatan pendidikan maka anak didiklah yang menjadi pokok persoalan dalam interaksi edukatif. Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.

2.2  Kebutuhan Peserta Didik
Untuk membantu kelancaran proses belajar-mengajar yang terjadi di sekolah, sebaiknya pendidik dan aspek yang terkait di dalamnya mengetahui apa saja kebutuhan dari peserta didik, di antaranya adalah;
1.    Kebutuhan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan tuntutan peserta didik yang bersifat jasmaniah.
2.    Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan peserta didik yang bersifat rohaniah.
3.    Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama peserta didik dan pendidik serta orang lain. Dalam hal ini, sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial, dan kecakapan.
4.    Kebutuhan Intelektual
Setiap peserta didik tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Peserta didik memiliki minat serta kecakapan yang berbeda- beda. Untuk pengembangannya, pendidik bisa menciptakan pelajaran-pelajaran ekstrakurikuler yang dapat dipilih oleh peserta didik dalam rangka mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
Beberapa kebutuhan di atas diperkuat oleh teori Hierarki Kebutuhan Individu oleh Maslow. Namun, aplikasinya untuk kepentingan pendidikan peserta didik di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri peserta didik, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
Akhmad Sudrajat (2010), mengungkapkan beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow bagi peserta didik, yaitu:
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis:
·       Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis.
·       Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat.
·       Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
·       Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif.
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
·       Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi.
·       Adanya ekspektasi yang konsisten.
·       Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil.
·       Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
     a. Hubungan Guru dengan Siswa:
·       Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empatik, peduli dan interest terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.
·       Guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya).
·       Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif.
·       Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
·       Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
b. Hubungan Siswa dengan Siswa:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar